Dalam blantika dunia musik International, invasi aliran musik dari Jepang bisa dibilang cukup kuat di Asia. Padahal kalau dirunut dari sejarah musikalnya, industri musik modern di Jepang terhitung baru eksis dan berkembang di era 80-an. Tapi pengaruhnya cepat menyebar. Nggak heran kalau sekarang kita bisa mendengar aliran musik yang diembel-embeli Jepang di depannya, seperti J [Japan] - Rock atau J [Japan]- Pop.
Memang, kalau menyimak fakta sejarah dan data-data yang tercecer di beberapa literature, musik modern yang masuk ke Jepang dibawa oleh orang-orang Amerika. Mereka –orang Amerika itu—awalnya memperkenalkan musik jazz. Kabarnya, jazzlah akar dari J-Pop yang kita kenal sekarang.
Akar dari J-Pop berawal dari musik Jazz yang populer pada awal era Showa. Awal Era Showa dimulai pada tahun 1926 oleh Kaisar Hirohito sampai dengan masa Perang Dunia II 1945. Musik Jazz memperkenalkan berbagai jenis alat musik yang sebelumnya hanya dipergunakan untuk musik klasik dan dalam militer, dalam berbagai bar dan klub seperti “Ongaku Kissa” yang merupakan salah satu tempat pertunjukkan Jazz yang terkenal. Demam Rock and Roll mulai melanda Jepang pada tahun 1956 oleh sebuah grup musik country, Kosaka Kazuya and Wagon Masters yang merilis album “Heartbreak Hotel”, yang aslinya dibawakan oleh sang raja Elvis Presley. Wabah rock and roll ini mencapai titik puncaknya pada tahun 1959 dengan munculnya sebuah film yang memfokuskan ada pertunjukan grup rock and roll Jepang. Oh ya, J-Pop yang kita kenal sekarang sebenarnya merupakan istilah umum yang mengandung banyak jenis (genre) musik Jepang seperti pop, rock, dance, rap dan soul. Di Jepang, istilah J-Pop digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik Jepang yang disebut dengan Enka atau bentuk ballad dari Jepang tradisional. Sering juga kita mendengar istilah seperti J-Rock, Visual Kei dan J-Rap, namun semua istilah tersebut berada di dalam naungan J-Pop.
Istilah J-Pop sendiri sebenarnya tidak terlalu dikenal di khazanah musik di Jepang, sampai akhirnya istilah J-pop digaungkan oleh satu stasiun radio bernama “J-WAVE” untuk menunjukkan jenis musik yang berbeda dari musik rakyat.
Contoh paling popular adalah penyanyi Jepang terkenal Utara Hikaru. Penyanyi cewek ini menjadi populer dengan gaya urban hip-hop dengan pengaruh Amerika yang kental. Gayanya berbeda di Jepang karena lebih mirip atau hampir sama dengan hip-hop Amerika. Itu pun disebabkan karena Utada Hikaru lahir dan besar di New York. Meski warna Jepang yang ditonjolkannya pun masih terasa kental.
Di Indonesia, demam J-Pop dimulai saat lagu Ko Ko Ro No Tomo meledak di tahun 80-an. Agak unik sebenarnya, ketika lagu-lagu pop cengeng begitu merajalela, Mayumi Itsuwa, tiba-tiba masuk dan memberikan sebuah perbedaan. Ketika itu, semua penggemar musik pop tiba-tiba bisa berbahasa Jepang.
Berawal dari J-pop yang dipengaruhi musik luar, dan hasilnya pun menggebrak dengan ekspansi sampai ke luar Jepang. Artis-artis J-Pop mulai melakukan pertunjukan ke luar Jepang dimulai dari seputar negara-negara di Asia, kemudian meluas ke Australia, Amerika, bahkan Eropa. Bahkan J-pop mulai dijadikan inspirasi musik di beberapa negara seperti Indonesia dengan grup-grup yang terinspirasi oleh artis Jepang paling pasaran di Indonesia, L`arc en Ciel. Kemudian menyusul gaya fashion mereka yang ditiru.
J-ROCK PUN MENGGEBRAK Tak Cuma genre pop, J-Rock pun menjadi salah satu wabah di negara-negara Asia. Gaya rock ala Jepang banyak ditiru dan mejadi trend bermusik di banyak negara termasuk Indonesia.
Akar lahirnya J-Rock pun sebenarnya tak berbeda dengan J-Pop. Sejarah J-Rock dimulai tahun 1957 dengan dikenalnya musik rock di Jepang bersamaan dengan puncak kepopuleran rockabilly yang merupakan salah satu gaya rock \'n\' roll. Produk dalam negeri yang bisa dibeli dengan harga murah membantu terciptanya demam Ereki (musik rock dengan gitar elektrik). Istilah \"Ereki\" merupakan singkatan dari kata erekigitā (gitar listrik). Penggemar musik rock di Jepang banyak yang berganti identitas dari pendengar setia menjadi musisi rock. Musik rock di Jepang makin menggila ketika band rock n’ roll asal Inggris, The Beatles. Tahun 1965, ada band lokal bernama Tokyo Beatles merilis piringan hitam berisi lagu-lagu The Beatles dengan lirik bahasa Jepang. Selain itu, Tokyo Beatles juga mengeluarkan PH berisi lagu-lagu yang pernah dibawakan grup musik Inggris yang memainkan Liverpool Sound.
Ketika the Beatles benar-benar menggelar konsernya di Jepang, membuat grup-grup musik Ereki berganti warna musik agar ikut bisa bergaya British Invasion. Di antara perintis British Invasion di Jepang terdapat grup musik seperti Jackey Yoshikawa and his Blue Comets dan The Spiders.
Sejak pertengahan tahun 2000-an terdapat banyak sekali grup bergenre Melodic Hardcore dan Emocore seperti Ellegarden dan Asian Kung-Fu Generation. Musisi yang berjasa di masa kejayaan Melodic Hardcore tahun 1990-an juga ikut bangkit kembali, misalnya: mantan anggota Hi-Standar yang bernama Ken Yokoyama berkarier solo, Ultra Brain, dan Snail Ramp.
Di Indonesia, perkembangan J-Rock juga cukup popular. Berterimakasihlah kepada anime Jepang. Soundtrack anime banyak dinyanyikan musisi papan atasJepang. Yang terkenal tentu saja band yang menamakan dirinya J-Rock. Awalnya mereka adalah copy-cat fashion dan musikalitas Japannesse Rock. Meksi ini sudah menyelip dan melebur masuk dalam industri pop. Malah J-Rock baru saja mendapat kesempatan untuk merekam beberapa lagunya di Abbey Road, tempat rekeman legendaries di Inggris. Tempat yang sudah melahirkan beberapa band besar, termasuk The Beatles.
Lantaran gandrung dengan lagu soundtrack, banyak yang tertarik mendirikan band khusus memainkan musik ini. Lagu-lagu yang dimainkan tak jauh-jauh dari lagu tema anime. Wasabi dan Japanese Heroes adalah pelopor band J-Rock di sini. Kehadiran Wasabi dan Japanese Heroes memicu munculnya band-band pengusung J-Rock baru seperti J-Rocks, Jetto, dan Letto di Jakarta atau Sound Wave dan Lucifer di Bandung.
Kemudian ada nama Amakuza, band heavy-metal dari Jakarta yang lahir karena sebagian besar personilnya sempat kuliah di Sastra Jepang. Mereka memilih bermain metal asli Jepang, dengan ornament musik klask Jepang. Malah Amakuza dan beberapa band metal pengusung Japannesse Metal, sempat merilis kompilasi indie, beberapa tahun silam di Jakarta.
Musik Indonesia di Jepang Di Jepang, musik dari Indonesia memang belum menjad trend yang mewabah. Tapi bukan berarti tidak ada musisi Indonesia yang dikenal di Jepang. Harus dibedakan antara dikenal oleh masyarakat Jepang, disukai dan kemudian jadi trend, dengan dikenal di Jepang, tapi tidak terlalu popular di masyarakat Jepang itu sendiri.
Untuk yang pertama, kita harus menyebut nama maestro keroncong Gesang. Meski usianya sudah menembus 90-an, tapi Gesang adalah ‘keroncong-star’ di Jepang. Pencipta lagu ‘Bengawan Solo’ ini lebih dikenal dibanding Samsons, Peterpan atau Kangen Band misalnya.
Dalam IndonesianJapan Expo [IJE] 2008, Komponis Gesang Martohartono (91) dianggap sebagai simbol budaya dan benang merah yang mewakili hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang. Hubungan itu digambarkan hangat dan erat seperti hubungan persaudaraan. Nama Gesang adalah password untuk menyebut Indonesia dimata orang Jepang. Percaya atau tidak, di Jepang sampai dibentuk Yayasan Peduli Gesang [YPG] yang selalu merayakan ulang tahun sang maestro dengan banyak kegiatan. Sebagian dari mereka adalah orang Jepang yang berusia di atas 80 tahun, karena pada masa perang dahulu sudah mengagumi lagu Bengawan Solo. Mereka datang berombongan dari Jepang-asal Tokyo, Pulau Shikoku, Yokohama-dan tiba sehari sebelumnya. Setiap tahun anggota rombongan berganti-ganti, dan sebagian anggota tetap.
Beberapa nama lain juga sempat berkolaborasi dengan musisi Jepang, seperti misalnya Angklung dari Jawa Barat. Nama alat musik asli Indonesia ini cukup terkenal di Jepang ketika sempat berkongsi dengan alat musik bamboo Jepang.
Cuma itu? Tentu saja tidak. Jangan kaget kalau saat in sudah mulai muncul apa yang disebut J-dangdut [Japannesse Dangdut]. Benarkah? Agak mengejutkan memang, karena musik dangdut ternyata mulai dikembangkan di Jepang. Ada satu nama ngetop bernama Orkes Melayu [OM] Ranema, singkatan dari Rakyat Negeri Matahari. Mereka awalnya bernama Om Eksis dan memang memainkan dangdut dalam arti sebenarnya. Percaya atau tidak, lagu SMS yang ngetop lewat Trio Macan, di Jepang juga cukup popular, tentunya dengan bahasa Jepang.
Kemudian ada nama grup dangdut lain yang cukup beken bernama Om Hati93 Dangduters. Band ini pernah menjadi pembuka dari pertunjukkan OM Ranema. Oh ya, OM Ranema itu personilnya semua adalah musisi dari Jepang, tanpa orang Indonesia sama sekali. Kabarnya juga, nama Rhoma Irama juga menjadi kiblat dari dangdut yang dimainkan orang Jepang, selain nama-nama Elvi Sukaesih, Endang Wijayanti, Rita Sugiarto, Herlina Effendy, dan Ken Dedes Group. Kedekatan dangdut Indonesia di Jepang kabarnya karena ada salah satu musik asli bernama enka yang secara musical, penuh tetabuhan seperti dangdut.
Kemudian nama Slank juga berkibar. Apalagi seetelah album terakhirnya berkolaborasi dengan band rock n’ roll Jepang, The Big Hip. Malah band asal Gang Potlot Jakarta ini sempat membuat lagu berbahasa Jepang. Nama-nama band Indonesia yang sempat terdengar dan mengadakan konser atau show di Jepang juga cukup banyak seperti Samsons, Sheila On 7 atau Cokelat.
Di Indonesia Japan Expo [IJE] 2008 yang akan digelar 1-9 November 2008 di Arena PRJ Kemayoran, salah satu kegiatan yang bakal menarik perhatian adalah festival musik Indie Jepang. Babak penyisihan festival ini akan diadakan tanggal 4 – 6 November dan finalnya akan digelar tanggal 7 November mendatang. Demikian pejelasan Pantia Indonesia - Japan Expo 2008.
JULæY - OASIS
-
Vocal: 久夜
Guitar: 貴翔
Guitar: 憂灯→Yuhi
Bass: 葵→あおい
Drums: 零架→Reika
OASIS
tracklist:
01. 夢・現~ゆめ・うつつ~
02. Naive
03. Lost~「for you」
04. Love sickness
05. 華
0...
12 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar